Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara

Kita patut bangga sebagai warga negara Indonesia, karena memiliki berbagai bangunan ikonik yang terkenal hingga ke mancanegara, salah satunya, Masjid Istiqlal ini.

Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara ini, dibangun pada masa pemerintahan presiden Soekarno, dimulai pada tanggal 24 Agustus 1951. Istiqlal yang dalam bahasa Arab berarti 'Merdeka' ini, mewakili rasa syukur dan semangat bangsa Indonesia kala itu di tengah suasana kemerdekaan.

Ide untuk membuat Masjid Istiqlal ini bermula dari kebiasaan kerajaan-kerajaan di Nusantara yang selalu membuat bangunan-bangunan monumental untuk melambangkan kejayaan negaranya. Waktu itu, presiden Soekarno pernah berkata,

“Jika Candi Borobudur yang dibangun leluhur kita untuk mengagungkan Budha bisa tahan ratusan tahun, maka saya ingin Masjid Istiqlal tidak hanya tahan ratusan tahun, tetapi ribuan tahun!” 

Masjid Istiqlal ini sarat akan makna, mulai dari nama Istiqlal sendiri, pemilihan lokasi, hingga kisah unik dalam pembangunannya. Contohnya, pemilihan lokasi yang didirikan di atas taman Wilhelmina yang merupakan bekas benteng Belanda, melambangkan bebasnya bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda selama ratusan tahun. Dari benteng Belanda berganti menjadi masjid 'Merdeka'. Namun, sebelumnya, Bung Karno harus berselisih pendapat dengan Bung Hatta yang memilih agar berlokasi di Jl. Thamrin yang lebih dekat dengan perkampungan.

Kemudian, lokasinya yang berdekatan dengan Gereja Kathedral, melambangkan keharmonisan dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Apalagi, desain Masjid Istiqlal sendiri dibuat oleh seorang arsitek Kristen bernama Frederich Silaban, yang memenangkan sayembara desain masjid waktu itu. Benar-benar sebuah keharmonisan umat beragama.

Sholat Ied di Masjid Istiqlal

Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini. Misalnya Hari raya Idul FitriIdul AdhaIsra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Contohnya :


  1. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini  digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur
  2. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.


Namun, pernah terjadi peristiwa naas di Masjid Istiqlal. Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada Juni 1999, Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang menempatkan bom di Masjid Istiqlal.

Seperti yang udah disebutin di atas, keharmonisan antar umat beragama terjadi di sini. Contohnya ketika perayaan misa katolik, umat katolik diperbolehkan memarkir kendaraannya di tempat parkir Masjid Istiqlal.
Assalamu'alaikum ! Kembali lagi di postingan terbaru ane, masih tentang budaya Bekasi. Kali ini, tentang makanan....

Semua pada suka makan kan ? Kalo gitu, mungkin kalian akan tertarik dengan masakan khas Bekasi yang satu ini :


Sayur Gabus Pucung !

Ya, masakan ikan gabus berkuah hitam kental ini memang agak mirip rawon karena kuahnya berwarna hitam. Yang unik disini, meskipun disebut sayur, tapi sama sekali gak ada sayur di dalamnya. Yang ada, ikan gabus yang dipotong 3-4 bagian kemudian diberi kuah hitam kental dan irisan bawang.

Warna hitam disini berasal dari kluwek yang merupakan bumbu dasarnya, kalau disini, disebutnya 'Pucung'. Ditambah dengan rempah-rempah lainnya seperti daun salam, lengkuas, serai, dan lain lain, membuat masakan ini semakin lezat rasanya.

Biasanya, sayur gabus sering disajikan dalam acara-acara keluarga atau acara-acara penting. Sayangnya, di zaman modern seperti ini, masakan tradisional seperti ini mulai jarang ditemui dimana-mana. Tapi, jika dicari, masih banyak sekali tempat yang menjual sayur gabus pucung.

Oke, sekian postingan kali ini, tetap cintai budaya daerahmu ya !







Bekasi. Daerah di Jawa Barat ini memiliki sejarah yang unik. Nama Bekasi sendiri berasal dari kata Candrabhaga, dimana "Candra" berarti bulan, dan "Bhaga" berarti bagian. Jadi, Candrabhaga artinya "bagian dari bulan". Wooh, kece kan ? :v . Dalam bahasa Jawa Kuno sendiri, kata "Candra" disebut "Sasi". Nah, makanya Candrabhaga kadang disebut juga "Bhagasasi" atau "Sasibhaga". Dalam masa penjajahan Belanda, Bhagasasi sering ditulis "Bacassie", makanya dalam pengucapannya sendiri pun, sering disebut juga "Bhagasi". Akhirnya, nama "Bacassie" berubah menjadi "Bekasi" hingga sekarang.

Candrabaga sendiri adalah bagian dari kerajaan Tarumanegara. Ini dibuktikan dengan penemuan Prasasti Tugu, salah satu dari 7 prasasti yang ditemukan di kerajaan Tarumanegara. Ini nih isi prasastinya....

“Dulu kali Candrabagha di gali Purnawarman, Maharaja yang mulia yang mempunyai lengan kencang dan kuat. Setelah sampai ke istana, kali dialirkan ke laut. Istana kerajaan baginda termashur. Kemudian baginda menitahkan lagi menggali sebuah kali. Kali ini sangat indah dan jernih. Kali ini di sebut kali Gomati. Kali ini mengalir melalui kediaman nenekanda Purnawarman. Kali Gomati, (galian itu ) 6.122 tumbak panjangnya pekerjaan ini di mulai pada hari baik, tanggal 8 paro petang bulan phalguna dan disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja untuk itu diadakan selamatan yang di laksanakan oleh para Brahmana. Untuk selamatan itu Purnawarman menghadiahkan 1.000 ekor sapi”.

Nah, begitulah asal mula nama Bekasi, tempat ane tinggal. Setiap daerah punya sejarah nama yang unik untuk diketahui. Terus cintai daerahmu ya !